dr. Yus Priatna A, Sp. P
NIP. 19771002 200604 1 066
- (0332) 421710
- (0332) 421974
- (0332) 422038
RSDK hari ini. Penyakit Usus Buntu atau Appendicitis merupakan istilah yang sering digunakan masyarakat umum untuk menyebutkan penyakit radang usus buntu. Angka kejadian penyakit ini di Indonesia cukup tinggi yaitu berkisar 24,9 kasus per 10.000 populasi, dan dapat menimpa pada laki-laki maupun Perempuan. Walaupun sering terjadi dan cukup familiar, penyakit Appendicitis tidak boleh dibiarkan karena dapat menyebabkan kematian jika terjadi pecahnya usus buntu dan menyebabkan infeksi yang cukup parah. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa timur menyebutkan bahwa jumlah penderita Appendicitis sebanyak 5.980 orang dan 177 penderita diantaranya menyebabkan kematian.
Appendicitis atau radang usus buntu adalah suatu kondisi dimana umbai cacing/usus buntu menjadi meradang dan diisi dengan nanah, menyebabkan rasa sakit di sekitar perut kanan bawah. Gejala umum bisa dimulai dengan rasa sakit di dekat pusar dan kemudian bergerak ke sisi kanan, serta sering disertai dengan mual, muntah, nafsu makan yang buruk, dan demam atau meriang, kadang juga disertai keluhan kencing terasa panas dan perih.
Penanganan penyakit Appendicitis di RSUD dr. H. Koesnadi (RSDK) sudah cukup modern dan canggih. dr. Hariono, Sp.B selaku salah satu Dokter Spesialis Bedah di Poli Bedah RSUD dr. H. Koesnadi (RSDK) menyebutkan bahwa sebelum dilakukan tindakan penanganan lebih lanjut, pasien yang diduga menderita penyakit Appendicitis akan dilakukan beberapa pemeriksaan awal. “Pada pemeriksaan fisik oleh seorang Dokter, maka akan ditemukan tanda-tanda klinis suatu peradangan usus buntu melalui beberapa manuver yang dilakukan. Pada pemeriksaan penunjang, umumnya akan dilakukan pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan USG. Pada pemeriksaan darah, akan didapatkan tanda-tanda infeksi pada darah, kemudian pada pemeriksaan USG tanda khas yang didapat bisa berupa "target sign" atau "doughnut sign" sesuai lokasi letak dan ukuran umbai cacing.” ungkapnya.
Nah, bagaimana terkait pengobatan penyakit Appendicitis atau radang usus buntu? Penyakit Appendicitis dapat diobati dengan pembedahan dan antibiotik. Saat ini pembedahan dengan alat Laparoskopi masih menjadi pilihan terbaik untuk kondisi Appendicitis. “Jika kondisi radang usus buntu/ penyakit Appendicitis dilakukan operasi saat awal gejala atau sebelum terlambat, maka operasi dapat dilakukan hanya dengan luka kecil. Namun bila operasi dilakukan dalam kondisi terlambat, dimana usus buntu telah pecah dan isi perut sudah penuh nanah, tentu operasi makin sulit dan luka makin besar, ditambah kondisi tersebut tetap dapat mengancam nyawa.” jelaskan dr. Hariono, Sp.B.
Pembedahan penyakit Appendicitis di RSUD dr. H. Koesnadi (RSDK) sudah cukup canggih menggunakan teknologi modern dengan teknik pembedahan Laparoskopi. Laparoskopi sendiri adalah jenis prosedur bedah yang memungkinkan ahli bedah untuk mengakses bagian dalam perut dan panggul tanpa harus membuat sayatan yang besar di kulit. Prosedur ini juga dikenal sebagai “operasi lubang kunci” atau operasi minimal invasif. Melalui tindakan laparoskopi dengan menggunakan alat laparoskop, pasien bisa menghindari sayatan besar yang biasa dilakukan pada operasi konvensional (cara klasik). Laparoskop berbentuk seperti sebuang tabung kecil. Alat ini dilengkapi dengan kamera berfungsi untuk menyalurkan gambar bagian dalam perut atau panggul ke monitor di luar.
Teknik ini mulai dipilih dikarenakan memiliki banyak keuntungan. dr. Hariono, Sp.B. sendiri menyebutkan bahwa keuntungan tindakan bedah Laparoskopi adalah waktu pemulihan lebih cepat, mengurangi rasa sakit dan perdarahan setelah operasi, dan mencegah timbulnya jaringan parut. Tak heran jika banyak pasien penderita Appendicitis memilih tindakan pembedahan Laparoskopi sebagai jalan keluar permasalahannya. Contohnya saja pasien berinisial Y umur 50 tahun yang telah mempercayakan pengangkatan usus buntunya menggunakan tindakan bedah Laparoskopi di RSUD dr. H. Koesnadi (RSDK) pada hari Rabu tanggal 20 Desember 2023 yang dipimpin langsung oleh dr. Hariono, Sp.B. Persiapan operasi dilakukan pukul 09.30 WIB sedangkan operasi dimulai pada pukul 10.00-10.46 WIB. Sebelumnya pasien telah mendapatkan tindakan pembiusan (anastesi) langsung oleh dr. Arinald Findari Manoppo, Sp.An.,M.Ked.Klin selaku dokter spesialis anastesiologi. Keberhasilan operasi ini sebagai bentuk kerja tim medis dan tenaga kesehatan multidisiplin RSDK. Selain dokter spesialis profesional, keberhasilan operasi ini juga didukung oleh keefektifan kerja dari tim solid Instalasi Bedah Sentral yaitu Susanto, Amd.Kep, Wredhani Mei Anna, S.Kep.,Ns, Yolanda Dwi Anggraini, S.Kep.Ns serta Conie Adila, A.Md.Kep.
“Appendictomy atau operasi pengangkatan usus buntu menggunakan teknik Laparoskopi kali ini berjalan sukses dengan waktu pengerjaan selama 40 menit. Jenis tindakan prosedur operasi pembedahan minimal invasif yang dilakukan melalui sistem mini dinding perut dan memasukkan teropong kamera ke dalam perut. Sayatan yang dibuat juga cukup kecil yaitu dengan membuat sayatan sebesar 1 cm saja.” ungkap dr. Hariono, Sp.B. Lalu apakah tindakan bedah ini dapat dicover oleh BPJS Kesehatan? Tak perlu khawatir, tindakan bedah Laparoskopi di RSUD dr. H. Koesnadi (RSDK) dapat digunakan dengan menggunakan BPJS Kesehatan. Edhi Purwanto, S.Kep.,Ns. selaku kaur Instalasi Bedah Sentral-pun menjelaskan tidak akan ada diskriminasi dalam tindakan bedah Laparoskopi menggunakan BPJS Kesehatan ataupun umum. “Tak perlu khawatir, pasien BPJS atau non BPJS akan mendapatkan hak nya dengan baik. Tidak ada diskriminasi apapun untuk tindakan bedah Laparoskopi di RSUD dr. H. Koesnadi (RSDK). Oleh karenanya, segera konsultasikan bersama tenaga medis profesional yaitu tim Dokter Spesialis Bedah RSUD dr. H. Koesnadi seputar penanganan penyakit dengan menggunakan teknik bedah Laparoskopi." jelasnya.
Terkait kesuksesan dan keberhasilan pelayanan bedah Laparoskopi dari Appendictomy di RSUD dr. H. Koesnadi (RSDK) sudah tak perlu diragukan lagi. Berikut adalah pernyataan dari akun Instagram Sndrataa. “Kebetulan saya bulan Juni lalu saya operasi usus buntu di RSUD dr. H Koesnadi (RSDK) yang operasi adalah Dokter Hariono, terimakasih penjelasannya Dokter sangat rinci dan gak buat saya takut waktu mau operasi.” ungkapnya. (PKRS/SWILING)
- PERUBAHAN JADWAL PELAKSANAAN SKILLTEST BIDAN DAN PERAWAT
- Peringati Hari Penyakit Paru Obstruktif Kronik Sedunia, RSDK Adakan Siarin Radio Interaktif
- Masuk The Best 3 Latsar, 7 Orang CPNS RSDK Siap Berikan Pelayanan Terbaiknya Untuk Masyarakat
- Unit Ambulan RSDK Siap Terintegrasi Dalam Memberikan Layanan Cepat Dan Tanggap
- Dukungan Masyarakat Meningkat, RSDK Siap Berikan Yang Terbaik
- Tumbuhkan Kekompakan Dan Kerja Sama Tinggi, Instansi Kesehatan Se-Bondowoso Ikuti Lomba Tarik Tamban
- Perayaan Hari Batik Nasional, RSDK Kenakan Batik Selama Sepekan
- Tingginya Prevalensi Katarak, RSDK Ikut Andil Sukseskan Baksos Operasi Katarak
- Jangan Sepelekan Anyang-Anyangan, RSDK Sarankan Periksakan Diri Ke Poli Urologi
- Telah Dibuka Layanan Pengantar Obat Hasil Kerjasama RSDK Dan PT Pos Indonesia
- Dokter Bedah Saraf RSDK Dapatkan Keberhasilan Paripurna Operasi Subdural Hematom Kronis
- Tim Volley Putra Dan Putri RSDK Lolos Ke Babak Berikutnya
- Siaran Radio Interaktif ?Make Mental Health For All A Global Priority?
- Meningkatnya Kepercayaan Masyarakat pada Pelayanan RSUD dr. H. Koesnadi (RSDK)
- Marhaban Ya Ramadhan, Selamat menunaikan Ibadah Puasa.
- Tandatangani Dan Ikrarkan Pakta Integritas, RSDK Mantap Untuk Tunjukkan Netralitas
- Sediakan Tes Tensi & Gula Darah Gratis, Masyarakat Berbondong-Bondong Kunjungi Tenda Bazar RSDK
- CPNS Angkatan 2022 Adakan Tes Kesehatan Di RSDK
- Dukung Gerakan Hidup Sehat, RSDK Kembali Adakan Senam Beat Instansi Bersama Instruktur Senam Profesi
- RSDK Adakan IHT Komunikasi Efektif, Penguatan Spiritualitas pada Pelayanan Prima dan Penanganan Kega
- Dikunjungi oleh : 735086 user
- IP address : 44.222.82.133
- OS : Unknown Platform
- Browser :