
dr. Yus Priatna A, Sp. P
NIP. 19771002 200604 1 066
- (0332) 421710
- (0332) 421974
- (0332) 422038

RSDK hari ini. Kesehatan jiwa adalah kondisi dimana seorang individu dapat berkembang secara fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga individu tersebut menyadari kemampuan sendiri, dapat mengatasi tekanan, dapat bekerja secara produktif, dan mampu memberikan kontribusi untuk komunitasnya. Kondisi perkembangan yang tidak sesuai pada individu akan menimbulkan gangguan kesehatan jiwa (UU No.18 tahun 2014). Gangguan kesehatan jiwa adalah sindrom atau sekelompok gejala yang memengaruhi pikiran, perasaan, dan perilaku seseorang sehingga menyebabkan disfungsi dalam menjalankan aktivitas sehari-hari. Kondisi ini dapat menyebabkan turunnya produktivitas si penderita maupun keluarga terkait dikarenakan bisa membuat pengidapnya sengsara dan menimbulkan masalah dalam kehidupan sehari-hari, seperti di sekolah, tempat kerja, atau dalam hubungan. Jumlah penderita gangguan jiwa tertinggi di Indonesia terdapat di provinsi DKI Jakarta (24,3%), Nagroe Aceh Darusalam (18,5%), Sumatera Barat (17,7%), NTB (10,9%), Sumatera Selatan (9,2%), dan Jawa Tengah (6,8%).
Beberapa jenis gangguan kesehatan jiwa antara lain depresi, gangguan kecemasan, skizofrenia, gangguan makan, perilaku adiktif dan masih banyak lagi lainnya. Data World Health Organization (WHO) menunjukkan terdapat sekitar 35 juta orang terkena depresi, 60 juta orang terkena bipolar, 21 juta terkena skizofrenia, serta 47,5 juta terkena demensia. Tak hanya itu, terdapat satu kasus baru yang menjadi trend masalah kesehatan yaitu tindakan bunuh diri diakibatkan dari gangguan kesehatan jiwa. Tahun 2022 saja telah terjadi sebanyak 826 kasus yang dilaporkan.
Prevalensi kejadian gangguan kesehatan jiwa berat di Indonesia yaitu skizofrenia dimana angka kejadiannya mencapai 0,18% yaitu sekitar 495 ribu orang. Disability Adjusted Life Years (DALY) mengungkapkan bahwa pada tahun 2022 Indonesia menempati urutan pertama kasus skizofrenia dengan DALY rate 321.870 orang. Kemudian disusul oleh negara Filipina, Thailand, dan Malaysia. Tingginya angka kasus skizofrenia juga didukung oleh Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 yang menunjukkan prevalensi skizofrenia di Indonesia sebanyak 6,7 per 1000 rumah tangga. Artinya, dari 1.000 rumah tangga terdapat 6,7 rumah tangga yang mengidap skizofrenia.
Peningkatan kejadian skizofrenia dipengaruhi oleh banyaknya mitos yang selalu beredar di masyarakat, diantaranya:
- Skizofrenia disebabkan oleh roh halus ataupun ilmu gaib. Padahal skizofrenia adalah suatu gangguan mental yang dapat diobati secara medis
- Kepercayaan masyarakat akan pengobatan traditional yang kurang tepat (dukun dan orang pintar) seringkali menyebabkan penderita terlambat dibawa ke Dokter. Padahal jika dibawa ke Dokter segera setelah timbul gejala, maka besar kemungkinan penderita bisa tertolong
- Penderita skizofrenia seringkali dikucilkan, diasingkan bahkan dipasung. Hal ini dilakukan karena pihak keluarga umumnya merasa malu menerima kenyataan yang ada
- Skizofrenia dianggap penyakit misterius serta dapat mengena siapa saja sehingga penderitanya seringkali mendapat perlakuan yang kurang adil dan kurang manusiawi. Padahal skizofrenia adalah penyakit yang diakibatkan oleh factor kompleks dan ada jalan keluar medisnya.
Sebagai upaya pemberian informasi yang benar kepada masyarakat, RSUD dr H. Koesnadi (RSDK) mengadakan sosialisasi kesehatan bertemakan Skizofrenia pada hari Rabu tanggal 10 Januari 2024 pukul 08.00-09.30 WIB bertempat di aula paviliun Seroja. Petugas pemberi edukasi yaitu Subianto, S.Kep.Ns. selaku perawat di paviliun Seroja. Sosialisasi kesehatan kali ini tampak lebih istimewa dikarenakan juga menjadi ajang kegiatan rutin “IBUKU SEROJA SIAGA” atau Hari Rabu berkunjung ke Seroja dan edukasi keluarga.
"Skizofrenia adalah salah satu bentuk gangguan jiwa yang biasanya berlangsung menahun dan menimbulkan gangguan dalam kemampuan fungsi sosialnya. Penyebab skizofrenia sangatlah kompleks seperti terganggunya keseimbangan zat-zat kimiawi dalam otak, stress atau gangguan psikis yang berat serta penyakit dan cedera di bagian otak." jelaskan Subianto, S.Kep.Ns. Beliau juga menambahkan gejala skizofrenia yang biasanya timbul secara perlahan dan sulit dikenali, meliputi:
- Penderita mudah curiga
- Cenderung depresi, cemas, tegang, gampang marah, cepat tersinggung dan perasaannya cepat berubah
- Mengalami gangguan tidur
- Nafsu makan berubah karena tidak dapat menikmati aroma makanan tersebut
- Kehilangan energi dan motivasi
- Lebih susah mengingat dan berkonsentrasi
- Penderita merasa segala sesuatu di sekitarnya berubah sehingga ia merasa asing di lingkungannya sendiri
- Penderita percaya bahwa pikirannya menjadi lebih cepat atau lebih lambat
- Terjadi gangguan pada pekerjaan atau sekolahnya
- Terjadi penarikan diri dari kehidupan sosialnya
- Timbul pikiran dan keyakinan yang tidak wajar atau tidak biasa dan mengarah ke halusinasi
Selain itu, Subianto, S.Kep.Ns. selaku petugas sosialisasi kesehatan kali ini juga menjelaskan pentingnya pengobatan dan peran keluarga untuk kesembuhan penderita penyakit skizofrenia. "Pengobatan wajib dijalankan sesuai dosis yang dianjurkan. Jangan takut overdosis karena obat penyakit skizofrenia ini bukan narkotika. Dosis biasanya akan diturunkan sedikit demi sedikit sesuai dengan kemajuan dari pasien." Beliau juga mengibaratkan obat penyakit skizofrenia sebagai Handphone. "Obat skizofrenia sama dengan HP, jika batrai habis maka HP akan mati dan tidak dapat digunakan. Begitu pula dengan obat skizofrenia, cara kerjanya adalah dengan cara menghantarkan setrum yang pas ke penderitanya. Obat akan dihentikan ketika pada dosis yang paling kecil, pasien sudah dapat normal kembali." Sebagai penutup, beliau mengingatkan peran penting keluarga dalam kesembuhan pasien skizofrenia. "Tanpa adanya dukungan dari pihak keluarga, penderita skizofrenia akan sulit mengalami kesembuhan terutama untuk dapat bersosialisasi kembali." (PKRS/SWILING)

- Jadwal Poli Rawat Jalan Bulan September 2022
- Edukasi Kesehatan Bahaya merokok,di Lingkungan RSUD dr. H. Koesnadi Bondowoso
- Waspadai Peningkatan Sinar Ultraviolet, RSDK Adakan Edukasi Katarak Dan Pterigium
- Pengumuman Perekrutan Pegawai BLUD (NON ASN)
- 450 Karyawan Dan Karyawati Siap Tingkatkan Kualitas Mutu Layanan RS Usai Ikuti Kegiatan MOT di Yogya
- Jadwal Praktek Dokter Spesialis Bulan Februari 2023, Simak dan Ketahui Jadwal Dokter Favoritmu
- Indeks Kepuasan Masyarakat RSDK Tahun 2023 Meningkat Menjadi 83.47%
- Perawat Paviliun Seroja Dapatkan Gelar Perawat Berprestasi pada Acara Porwat PPNI HUT ke-50
- RSDK RESMIKAN INSTALASI HEMODIALISIS MENJADI INSTALASI DIALISIS
- Jadwal Praktek Dokter Spesialis Bulan Juli 2023 Minggu Kedua, Simak & Ketahui Jadwal Dokter-Mu
- JADWAL POLI RAWAT JALAN SELAMA BULAN RAMADHAN
- Pengumumuan hasil seleksi kelengkapan administrasi
- Respon Time Tim Code Blue ICU dan IGD RSDK Mempertahankan Prestasi Baiknya
- Meningkatnya Kepercayaan Masyarakat pada Pelayanan RSUD dr. H. Koesnadi (RSDK)
- Tim Fultsal RSDK Raih Juara 1 dalam Trofeo Solidarity
- RSDK Ajak Masyarakat CTPS Menggunakan Video Dokter EKA (Edukasi Kesehatan Terpercaya)
- Bondowoso Juara 2 Pelayanan KB Tingkat Jatim, RSDK Ikut Andil Dengan Adakan Baksos MOW
- Operasi Prosedur Abdominoperineal Pertama di Kabupaten Bondowoso
- Yuk Kita Terapkan CERDIK Dalam Mencegah Penyakit STROKE Bersama Paviliun Teratai
- Pengumuman Perekrutan Pegawai di RSU Dr. H. KOESNADI BONDOWOSO
- Dikunjungi oleh : 1013134 user
- IP address : 216.73.216.185
- OS : Unknown Platform
- Browser : Mozilla 5.0