dr. Yus Priatna A, Sp. P
NIP. 19771002 200604 1 066
- (0332) 421710
- (0332) 421974
- (0332) 422038
RSDK hari ini. Tepatnya pada hari Kamis tanggal 13 Juni 2024, tim bedah Laparoskopi RSUD dr. H. Koesnadi (RSDK) berhasil melaksanakan pemotongan serta pengangkatan appendix (usus buntu) sekaligus kantong empedu dari seorang pasien berjenis kelamin wanita dengan usia 46 tahun. Pasien ini sebelumnya datang ke Instalasi Gawat Darurat (IGD) dengan kondisi mengeluhkan nyeri yang teramat-sangat pada perutnya. Setelah dilakukan pemeriksaan dan layanan penunjang medis, diketahui jika pasien tersebut menderita penyakit Radang Usus Buntu atau Appendicitis. Oleh karenanya tim bedah Laparoskopi RSUD dr. H. Koesnadi (RSDK) yang terdiri atas dr. Hariono, Sp.B selaku Dokter Spesialis Bedah, Susanto, Amd.Kep, Vaevi Nur Cahya Widiana, Amd. Kep dan Mustafa Al Idrus, S. Kep. Ns serta tim Anastesi yang terdiri atas dr. Anditya Wisnuwardana, Sp. An. dan Retno Riskiyah Nurcahyani, A.Md.Kep. langsung melaksanakan tindakan pembedahan dalam menangani permasalahan kesehatan yang dialami oleh pasien tersebut.
Penyakit Usus Buntu atau Appendicitis merupakan istilah yang sering digunakan masyarakat umum untuk menyebutkan penyakit radang usus buntu. Angka kejadian penyakit ini di Indonesia cukup tinggi yaitu berkisar 24,9 kasus per 10.000 populasi, dan dapat menimpa pada laki-laki maupun Perempuan. Walaupun sering terjadi dan cukup familiar, penyakit Appendicitis tidak boleh dibiarkan karena dapat menyebabkan kematian jika terjadi pecahnya usus buntu dan menyebabkan infeksi yang cukup parah. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa timur menyebutkan bahwa jumlah penderita Appendicitis sebanyak 5.980 orang dan 177 penderita diantaranya menyebabkan kematian. Appendicitis atau radang usus buntu adalah suatu kondisi dimana umbai cacing/usus buntu menjadi meradang dan diisi dengan nanah, menyebabkan rasa sakit di sekitar perut kanan bawah. Gejala umum bisa dimulai dengan rasa sakit di dekat pusar dan kemudian bergerak ke sisi kanan, serta sering disertai dengan mual, muntah, nafsu makan yang buruk, dan demam atau meriang, kadang juga disertai keluhan kencing terasa panas dan perih.
Penanganan penyakit Appendicitis di RSUD dr. H. Koesnadi (RSDK) sudah cukup modern dengan menggunakan alat yang cukup canggih. dr. Hariono, Sp.B selaku salah satu Dokter Spesialis Bedah di Poli Bedah RSUD dr. H. Koesnadi (RSDK) menyebutkan bahwa sebelum dilakukan tindakan operasi, pasien yang diduga menderita penyakit Appendicitis akan dilakukan beberapa pemeriksaan awal. “Pada pemeriksaan fisik oleh seorang Dokter, maka akan ditemukan tanda-tanda klinis suatu peradangan usus buntu melalui beberapa manuver yang dilakukan. Pada pemeriksaan penunjang, umumnya akan dilakukan pemeriksaan laboratorium dan bila diperlukan juga akan dilakukan pemeriksaan USG. Pada pemeriksaan darah, akan didapatkan tanda-tanda infeksi pada darah, kemudian pada pemeriksaan USG tanda khas yang didapat bisa berupa "target sign" atau "doughnut sign" sesuai lokasi letak dan ukuran umbai cacing.” ungkapnya.
Nah, bagaimana terkait pengobatan penyakit Appendicitis atau radang usus buntu? Penyakit Appendicitis masih direkomendasikan untuk diobati dengan pembedahan. Saat ini pembedahan dengan alat Laparoskopi masih menjadi pilihan terbaik untuk kondisi Appendicitis. “Jika kondisi radang usus buntu/ penyakit Appendicitis dilakukan operasi saat awal gejala atau sebelum terlambat, maka operasi dapat dilakukan hanya dengan luka kecil. Namun bila operasi dilakukan dalam kondisi terlambat, dimana usus buntu telah pecah dan isi perut sudah penuh nanah, tentu operasi makin sulit dan luka makin besar, ditambah kondisi tersebut tetap dapat mengancam nyawa.” jelaskan dr. Hariono, Sp.B. Pembedahan penyakit Appendicitis di RSUD dr. H. Koesnadi (RSDK) sudah cukup canggih menggunakan teknologi modern dengan teknik pembedahan Laparoskopi. Laparoskopi sendiri adalah jenis prosedur bedah yang memungkinkan ahli bedah untuk mengakses bagian dalam perut dan panggul tanpa harus membuat sayatan yang besar di kulit. Prosedur ini juga dikenal sebagai “operasi lubang kunci” atau operasi minimal invasif. Melalui tindakan laparoskopi dengan menggunakan alat berupa kamera atau disebut laparoskop, pasien bisa menghindari sayatan besar yang biasa dilakukan pada operasi konvensional (cara klasik). Laparoskop berbentuk seperti sebuang tabung kecil. Alat ini dilengkapi dengan kamera berfungsi untuk menyalurkan gambar bagian dalam perut atau panggul ke monitor di luar.
Teknik ini mulai dipilih dikarenakan memiliki banyak keuntungan. dr. Hariono, Sp.B. sendiri menyebutkan bahwa keuntungan tindakan bedah Laparoskopi adalah waktu pemulihan lebih cepat, mengurangi rasa sakit dan perdarahan setelah operasi, dan mencegah timbulnya jaringan parut. Tak heran jika banyak pasien penderita Appendicitis memilih tindakan pembedahan Laparoskopi sebagai jalan keluar permasalahannya. Jenis tindakan pembedahan minimal invasif yang dilakukan melalui sayatan mini pada dinding perut dan memasukkan teropong kamera ke dalam perut. Sayatan yang dibuat juga cukup kecil yaitu dengan membuat sayatan sebesar 1 cm saja.” ungkap dr. Hariono, Sp.B.
Namun tak pernah disangka sebelumnya jika terjadi keadaan lain yang menjadi faktor krusial penyebab rasa nyeri yang tak tertahankan pada pasien berjenis kelamin wanita dengan usia 46 tahun tersebut. Organ kantong empedu dari pasien juga mengalami infeksi hingga kantong empedu terisi nanah dan terjadi kebocoran. Infeksi tersebut bisa diakibatkan adanya batu empedu yang cukup besar dan menyumbat organ serta karena terus berlanjut akhirnya menimbulkan infeksi. “Kami melaksanakan Kolesistektomi atau bedah pengangkatan kantong empedu dengan menggunakan Teknik Laparoskopi juga. Jadi tindakan pembedahan kali ini langsung melakukan pengangkatan appendix (usus buntu) dan kantong empedu sekaligus dalam satu kali operasi. Infeksi pada empedu ini terjadi kebocoran sehingga nanah menyebar di dalam perut dan juga menginfeksi appendix (usus buntu) pasien.” ujar dr. Hariono, Sp.B.
Batu empedu atau cholelithiasis adalah penyakit yang menyebabkan penderitanya mengalami sakit perut mendadak akibat adanya batu di dalam kantong empedu. Kantong empedu merupakan organ dalam di sisi kanan perut tepat berada di bawah hati. Kantong tersebut memiliki fungsi untuk menyimpan cairan empedu yang nantinya akan dilepas ke usus kecil dan membantu proses pencernaan termasuk mencerna kolesterol dari makanan yang dikonsumsi. Batu empedu diduga muncul akibat endapan kolesterol dan bilirubin di dalam kantung empedu. Endapan tersebut terjadi akibat cairan empedu tidak mampu melarutkan kolesterol dan bilirubin berlebih yang dihasilkan hati. Metode pengobatan batu empedu meliputi operasi pengangkatan kantung empedu (kolesistektomi) atau obat-obatan. Pemberian obat, misalnya asam ursodeoksikolat, biasanya hanya dilakukan jika ukuran batu empedu kecil. Jika ukurannya telah membesar diperlukan tindakan pembedahan. Tindakan pembedahan untuk pengangkatan kantong empedu disebut dengan Kolesistektomi. Kolesistektomi dengan laparoskopi termasuk penanganan yang direkomendasikan untuk pasien yang mengidap penyakit batu empedu bergejala. Penanganan ini menggunakan bedah minimal invasif untuk mengangkat kantong empedu yang meradang atau rusak. “Alhamdulillah tindakan Kolesistektomi dengan laparoskopi juga berhasil dengan lancar dan optimal. Memang cukup lebih rumit daripada prosedur pengangkatan appendix (usus buntu), namun tim bedah Laparoskopi telah berhasil melakukannya.” jelaskan dr. Hariono, Sp.B. Keseluruhan tindakan Kolesistektomi sekaligus appendiktomi dengan laparoskopi ini menghabiskan waktu total sebanyak 115 menit, dengan luka yang sangat kecil/minimal. (15/06/2024).
Sebagai informasi, posisi appendix (usus buntu) berada di perut bagian bawah, dan posisi kantong empedu berada di perut bagian atas. Bila dilakukan pembedahan konvensional, maka diperlukan 2 sayatan yang cukup lebar untuk mengangkat kedua organ tersebut sekaligus. Namun dengan menggunakan teknik laparoskopi, maka luka yang ditimbulkan tetap minimal walaupun organ yang diangkat lebih dari satu. Lalu apakah tindakan bedah ini dapat dicover oleh BPJS Kesehatan? Tak perlu khawatir, tindakan bedah Laparoskopi di RSUD dr. H. Koesnadi (RSDK) dapat digunakan dengan menggunakan BPJS Kesehatan. Edhi Purwanto, S.Kep.,Ns. selaku kaur Instalasi Bedah Sentral-pun menjelaskan tidak akan ada diskriminasi dalam tindakan bedah Laparoskopi menggunakan BPJS Kesehatan ataupun umum. “Tak perlu khawatir, pasien BPJS atau non BPJS akan mendapatkan hak nya dengan baik. Tidak ada diskriminasi apapun untuk tindakan bedah Laparoskopi di RSUD dr. H. Koesnadi (RSDK). Terkait kesuksesan dan keberhasilan pelayanan bedah Laparoskopi di RSUD dr. H. Koesnadi (RSDK) sudah tak perlu diragukan lagi. “Hari Kamis tanggal 13 Juni 2024 ini terdapat 4 operasi pembedahan dari tim Bedah Laparoskopi dan merupakan operasi yang ke-30an di seperempat bulan Juni 2024.” ungkapnya. (PKRS/SWILING)
- RSDK Mengucapkan Selamat Menjalankan Ibadah Puasa 1445 Hijriah
- Angka Kematian Akibat Penyakit Jantung Masih Tinggi, RSDK Sarankan Lakukan CT Calsium Score
- Terjun Langsung Ke Lapangan Pj. Bupati Dan Pj. Sekda Didampingi Langsung Oleh Direktur RSDK
- Sharing Kendala Pelayanan Di Lapangan, RSDK-Dinkes Kunjungi UPTD Puskesmas Binakal & Curahdami
- Jadwal Poli Rawat Jalan Bulan Oktober 2022
- Stock Darah Menipis, RSDK & PMI Adakan Donor Darah Di Aupa Puspa Indah
- RBM Pencegahan & Tatalaksana LBP Di Bidang Rehabilitasi Medik Bersama Puskesmas Wringin
- Penyediaan Informasi Kesehatan Teraktual Pojok Edukasi Informasi RSDK
- Dukung Gerakan Hidup Sehat, RSDK Kembali Adakan Senam Beat Instansi Bersama Instruktur Senam Profesi
- Sambut Harjabo Ke-204, Pegawai RSDK Kompak Kenakan Pakaian Pahlawan Pejuang Kemerdekaan
- In-House Training EWS, Manajemen Nyeri Dan Asuhan Pasien Terminal Tenaga Kesehatan (Perawat Dan Bida
- Sosialisasi Pencegahan Infark Miokard Akut, Yuk Cegah PTM Dengan Pola Hidup Sehat
- Seluruh Instansi Kesehatan se-Bondowoso Tunjukkan Kreativitas dalam Lomba Senam Meraih Bintang
- Kunjungan Kerja Komisi IV DPRD Kabupaten Bondowoso, Monitoring Evaluasi Tentang Target Capaian UHC
- Ingatkan Kembali Visi, Misi, Dan Motto Utama, Direktur RSDK Himbau Untuk Berikan Yang Terbaik
- Jadwal Praktek Dokter Spesialis Bulan Mei 2023, Simak dan Ketahui Jadwal Dokter Favoritmu
- Perwakilan Tenaga Kesehatan Keperawatan Teladan Nomer 1 Jawa Timur Siap Melaju Ke Tingkat Nasional
- Poli Psikiatri Adakan Edukasi Kesehatan Bertemakan Gangguan Cemas Bersama Mahasiswa UNEJ
- Keberhasilan Operasi Perdana Transurethral Resection of the Prostate Dokter Spesialis Urologi RSDK
- Selamat Hari Saka Bakti Husada 2022
- Dikunjungi oleh : 803207 user
- IP address : 18.97.9.175
- OS : Unknown Platform
- Browser :