
dr. Yus Priatna A, Sp. P
NIP. 19771002 200604 1 066
- (0332) 421710
- (0332) 421974
- (0332) 422038

RSDK hari ini. Diperkirakan sekitar 450 juta orang di seluruh dunia mengidap gangguan jiwa, neurologi, dan penyalahgunaan obat. Gangguan ini memberikan kontribusi 14 persen dari beban penyakit global. Sekitar 154 juta di antaranya mengidap depresi. Menurut laporan Survei Kesehatan Indonesia, pada tahun 2023 prevalensi depresi nasional mencapai 1,4% dimana tiap 1 dari 100 penduduk usia 15 tahun ke atas mengalami depresi. Di kelompok penderita depresi ini hanya ada 12,7% yang berobat atau menjalani penanganan lainnya oleh dokter atau tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan, sementara 87,3% sisanya tidak tercatat menjalani pengobatan. Kemudian diikuti kelompok lansia 1,9 persen. Sementara kelompok usia 35-44 tahun memiliki prevalensi depresi paling sedikit. Untuk jenis kelamin, kelompok perempuan memiliki prevalensi depresi tertinggi yakni 1,8 persen dibandingkan dengan laki-laki 1 persen. Sementara untuk kelompok pendidikan, kasus depresi lebih banyak ditemukan pada kelompok berpendidikan menengah ke bawah, yakni 1,5 persen. Sementara berdasarkan kategori pekerjaan, depresi paling banyak ditemukan pada kelompok tidak bekerja dan sedang sekolah, yakni 2 persen. Untuk kategori tempat tinggal, orang yang berada di perkotaan lebih banyak mengalami depresi dibandingkan dengan yang tinggal di pedesaan, yakni 1,7 persen dibandingkan 0,9 persen. Kemudian berdasarkan status ekonomi, depresi lebih banyak terjadi pada kelompok ekonomi terbawah yakni 1,6 persen.
Pada 2023 Jawa Barat menjadi provinsi dengan prevalensi depresi tertinggi, yakni mencapai 3,3%. Sementara provinsi dengan prevalensi terendah adalah Bali dengan angka 0,2%. Berikut daftar 10 provinsi dengan prevalensi depresi tertinggi nasional pada 2023:
- Jawa Barat: 3,3%
- Kalimantan Timur: 2,2%
- Banten: 1,7%
- Sulawesi Selatan: 1,7%
- DKI Jakarta: 1,5%
- DI Yogyakarta: 1,5%
- Sulawesi Tengah: 1,5%
- Sulawesi Utara: 1,4%
- NTB: 1,3%
- Sumatera Utara: 1,2%
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menjelaskan depresi adalah kondisi kesehatan mental umum yang dapat terjadi pada siapa saja. Depresi juga dapat didefinisikan sebagai kondisi kesehatan mental yang ditandai oleh perasaan sedih yang berkelanjutan dan kehilangan minat terhadap aktivitas yang sebelumnya dinikmati. Banyak sekali contoh kasus pengidap depresi yang akhirnya membawa dampak negatif bahkan kehilangan nyawa yang telah terjadi sepanjang tahun 2023 hingga 2024 di Indonesia. Berikut adalah beberapa kasus yang sempat viral dan terangkum sebagai bagian kelam dari terlambat diketahuinya penyakit depresi yang telah diderita selama ini.
- Kasus bunuh diri yang dilakukan oleh siswi SMP berumur 14 tahun di kawasan Jakarta Timur yang diduga kuat diakibatkan tidak tahan terhadap perundungan atau bullying yang dilakukan oleh teman-temannya secara verbal di sekolah
- Kasus seorang mahasiswa berinisial IS berumur 19 tahun yang melakukan percobaan bunuh diri di kamar kost-nya di Jember provinsi Jawa Timur diakibatkan mengalami overthinking atau kekhawatiran berlebihan atas hasil pekerjaannya saat menjadi panitia di suatu kegiatan kampus.
- Kasus seorang pria berumur 43 tahun yang nekat memanjat tower seluler setinggi kurang lebih 40 meter di Kecamatan Bukateja, Kabupaten Purbalingga yang diduga mengalami depresi akibat permasalahan ekonomi sehingga nekat naik ke atas tower seluler.
Menurut berbagai penelitian, depresi merupakan salah satu faktor pemicu bunuh diri. Orang dengan depresi memiliki pikiran untuk bunuh diri (suicidal thought) beberapa kali lipat lebih tinggi dari orang tanpa depresi. Survei Kemenkes pada tahun 2023 lalu juga menemukan fakta menarik bahwa sebanyak 61% penduduk Indonesia yang mengalami depresi pernah berpikir untuk mengakhiri hidupnya. Hal ini terjadi karena penyakit depresi yang tidak diobati dan tidak ditangani sejak dini dapat menimbulkan komplikasi yang serius dan berbahaya, termasuk peningkatan risiko bunuh diri, gangguan kecemasan, gangguan fisik seperti nyeri kronis, dan masalah dalam hubungan interpersonal. Sedemikian hebatnya dampak dari penyakit depresi membuat RSUD dr. H. Koesnadi (RSDK) merasa perlu untuk memberikan edukasi yang benar kepada masyarakat sebagai salah satu bentuk nyata kepedulian dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat di kabupaten Bondowoso dan sekitarnya. Tak heran jika pada hari Rabu tanggal 7 Agustus 2024 pukul 07.30 – 08.20 WIB diadakanlah sosialisasi dan edukasi kesehatan bertajuk “Kenali Gejala Depresi Dan Pentingnya Menjaga Kesehatan Mental Anda” bersama mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Jember (FK UNEJ) yang dibimbing langsung oleh dr. Dewi Prisca Sembiring, Sp.KJ selaku Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa dan Yeni Irawati, S.Kep.Ns selaku perawat terampil di Poli Psikiatri RSUD dr. H. Koesnadi (RSDK). Bertindak sebagai pemateri yaitu Elok Azizatul Maqhfiroh, Maureta Salsabila Dinamika serta Muhamad Dwi Eka Putra.
“Depresi adalah gangguan suasana hati (mood) yang ditandai dengan perasaan sedih yang mendalam dan kehilangan minat terhadap hal-hal yang disukai. Seseorang dinyatakan mengalami depresi jika sudah 2 minggu merasa sedih, putus harapan, atau tidak berharga. Lalu bagaimana cara mengenali penyakit depresi? Hal ini ditandai dengan suasana hati yang tidak baik atau hilangnya kesenangan atau minat terhadap aktivitas dalam jangka waktu yang lama. Hal ini berbeda dengan perubahan suasana hati dan perasaan biasa terhadap kehidupan sehari-hari. Episode depresi berlangsung hampir sepanjang hari, hampir setiap hari, setidaknya selama dua minggu. Orang dengan depresi mungkin mengalami gangguan tidur dan perubahan nafsu makan. Selain itu, orang yang depresi mungkin memiliki perasaan rendah diri, pikiran tentang kematian, dan keputusasaan tentang masa depan. Kelelahan dan konsentrasi buruk juga sering terjadi.” jelaskan Maureta Salsabila Dinamika (07/08/2024).
“Faktor yang berperan menyebabkan penyakit depresi antara lain factor genetic, factor biologis yang menyebabkan perubahan bilogis dalam otak, factor lingkungan meliputi stress dan tekanan hidup, factor kesehatan mental serta factor kesehatan fisik.” ungkap Elok Azizatul Maqhfiroh. Selain factor penyebab, hal yang penting untuk diketahui selanjutnya yaitu tanda dan gejala dari penyakit depresi. Berikut adalah tanda dan gejala yang dijelaskan secara langsung oleh Elok Azizatul Maqhfiroh, diantaranya
- Perasaan sedih yang berlangsung sepanjang hari atau hampir setiap hari.
- Kehilangan minat atau kesenangan pada aktivitas yang biasanya dinikmati.
- Gangguan nafsu makan dan perubahan berat badan yang signifikan.
- Penurunan energi atau kelelahan yang berkelanjutan
- Perasaan tidak berharga atau bersalah
- Kesulitan berkonsentrasi, mengingat, atau membuat Keputusan
- Kesulitan tidur atau tidur berlebihan
- Pemikiran tentang kematian atau bunuh diri
“Kementerian Kesehatan menyebutkan jika pengobatan dari penyakit depresi memerlukan pendekatan holistik meliputi terapi psikologis, terapi obat, olahraga dan menjaga kesehatan fisik serta mengatur pola makan untuk membantu mengatasi pemikiran negatif serta mengelola stres. Tak lupa pula untuk mendapatkan peran serta dukungan social dari keluarga dan masyarakat sekitar karena memiliki Support System yang kuat dapat memberikan dorongan, harapan, dan rasa pemberdayaan, bahkan dapat membantu mencegah atau mengurangi efek penyakit mental. Oleh karenanya Mari Jaga Kesehatan Mental dan Fisik Anda Mulai dari Sekarang.” ungkap Muhamad Dwi Eka Putra. Tak lupa juga Maureta Salsabila Dinamika menginfokan kembali jika poli Psikiatri RSUD dr. H. Koesnadi (RSDK) selalu siap memberikan layanan terbaiknya kepada seluruh masyarakat. “Jangan takut dan ragu, karena layanan kesehatan terbaik dan prima akan diberikan secara nyata oleh poli Psikiatri RSUD dr. H. Koesnadi (RSDK). Monggo segera dikunjungi jika ingin memeriksakan diri ataupun berkonsultasi dengan tenaga medis dan tenaga kesehatan terampil dan professional.” jelasnya. (PKRS/SWILING)

- Endoskopi RSDK Siap Untuk Mengecek Kondisi Saluran Cernamu Dapat Dicover Oleh Asuransi Kesehatan
- Meningkatnya Pasien COR di RSDK, Poli Bedah Saraf Lakukan Edukasi tentang COR Dan Penanganannya
- Peringati Hari Stroke Sedunia, RSDK Adakan Edukasi Kesehatan Berjudul "Jadi Lebih Hebat dari Stroke"
- RSDK Adakan Edukasi Kesehatan yang Berjudul "Gagal Jantung dan Penatalaksanaannya"
- Peringati Hari Anak Balita Nasional, Poli Anak Adakan Edukasi SIngkat Bagikan Balon Serta Susu
- RSDK Meningkatkan Kualitas Pelayanannya Dengan Menyediakan 2 Dokter Spesialis Terbarunya
- Penutupan Festival Muharram RSDK Dipenuhi Semarak Antusiasme Kebahagian Dari Masyarakat
- Kenali Salah Satu Sosok Pahlawan Kesehatan Pribumi Pertama di Bondowoso, dr Koesnadi Yang Rendah Hat
- Rasakan Kemanfaatan UHC, Tren Permintaan Operasi Orthopaedi Dan Traumotologi Alami Peningkatan
- Menyambut Awal Tahun Baru 2023, RSDK Adakan Penyuluhan Kesehatan Tentang Skizofrenia
- Angka Kematian Akibat Penyakit Jantung Masih Tinggi, RSDK Sarankan Lakukan CT Calsium Score
- RSDK Adakan IHT Pengumpul Data PMKP Dan Pengelolaan Manajemen Resiko
- Apel Pagi Rutin Pertama, RSDK Saling Memaafkan Dalam Indahnya Kebersamaan
- Rekreasi Sambil Berobat, Taman Baca dan Taman Bermain Paviliun Melati Tempatnya
- Peringati Hari Kesehatan Gigi dan Mulut, RSDK Adakan Siaran Radio Bertemakan Karies Gigi
- Selamat Kepada Dwi Lestari, S.ST Sebagai Karyawan Teladan Bulan Juli 2024
- Pembinaan dan Pengawasan Fasilitas Kesehatan Tingkat Lanjut (FKTL) RSDK dari Dinkes Kab. Bondowoso
- Poli Rehab Medik RSDK Adakan Sosialisasi Kesehatan Bertemakan Fisioterapi Pada Skoliosis
- Kunjungan Putra Putri Beserta Cicit Dari Pendiri RSU Dr. H. Koesnadi BONDOWOSO
- Semangat Sambut HUT RI Ke-78 Dan Harjabo, RSDK Tetap Kenakan Pakaian Adat Nusantara
- Dikunjungi oleh : 987061 user
- IP address : 216.73.216.41
- OS : Unknown Platform
- Browser : Mozilla 5.0